6 Jam, 6 Situs Peninggalan Majapahit

            Pada 20 Juli 2015, tepatnya saat libur Lebaran tahun ini aku berbahagia dapat berlebaran di rumah nenek. Aku biasa memanggil nenekku dengan sebutan ‘mbah’. Siapa yang tak senang liburan di desa suasananya dingin, sejuk, damai, aman, dan tenteram. Itu yang tak dapat kita temukan di kota metropolis saat ini. Sudah seminggu aku menginap di rumah mbah, masih ada rasa kangen dalam diri ini. Hahaha so alay, but sadly this is true.. Pada awalnya, tak ada rencana sama sekali untuk mengunjungi suatu tempat wisata bersejarah di Indonesia. Tapi karena ketertarikanku akan benda-benda peninggalan sejarah ternyata menarikku untuk mengikuti ajakan om dan ibuku untuk berkeliling mengunjungi situs-situs kuno di Mojokerto..
           Tempat pertama yang kukunjungi adalah  Petilasan Mojokerto. Petilasan yang terletak di Gunung Pucangan Mojokerto ini konon merupakan tempat bertapanya orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi di mata masyarakat sekitar. Orang-orang yang telah berjasa dalam penyebaran ajaran agama Islam di daerah Mojokerto misalnya. Perjalanan menuju tempat petilasan ini amat bergelombang dan dikelilingi oleh hutan. Aku beserta keluargaku melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor. Dan kami sesekali berjalan kaki untuk menuju tempat petilasan tersebut yang dapat diakses hanya dengan jalan kaki. Di tempat petilasan tersebut terdapat sebuah pendopo besar serta makam orang-orang yang dihormati (juru kunci) di daerah tersebut.





          Setelah kira-kira satu jam di sana, aku dan keluargaku meneruskan perjalanan kami menuju candi pertama (tempat kedua) yaitu Candi Gentong. Sayang sekali aku tidak dapat melihat situs candi ini secara utuh lagi :’(. Saya jadi sedih… Candi Gentong saat ini sudah hancur dan tak utuh lagi bentuknya. Mungkin terkena serangan bom atau senjata saat perang perebutan kemerdekaan atau bisa juga terkena bencana alam. Padahal, jika dilihat dari luas pondasinya, terlihat cukup besar untuk ukuran sebuah candi.


           Tempat ketiga sekaligus candi yang kedua kukunjungi ialah Candi Brahu. Candi ini letaknya berdekatan dengan Candi Gentong. Sama seperti Candi Gentong, Candi Brahu juga merupakan benda peninggalan Kerajaan Majapahit. Menurutku, candi ini desainnya lebih ke arah maskulin dan terkesan kokoh karena puncaknya yang tidak terlalu mengerucut. Walaupun siang bertambah terik, aku tetap bersemangat menikmatinya……

          Tempat keempat yang kusinggahi yaitu Museum Majapahit. Museum Majapahit ini merupakan museum tempat penyimpanan benda-benda peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih tersisa. Semua benda tersebut dikumpulkan dan disimpan di sana untuk tetap dilestarikan. Di museum ini terdapat keris-keris kuno, perabotan rumah tangga kuno, sumur, perhiasan, dsb. Aku terkesan dengan motif-motif yang terukir pada benda-benda peninggalan tersebut. Aku amat kagum dengan peradaban bangsa Indonesia zaman dahulu, walaupun masih berbentuk kerajaan tetapi sudah termasuk peradaban yang maju. Mengapa demikian? Ya coba bandingkan saja hasil kebudayaan manusia terkini dengan hasil kebudayaan rakyat Indonesia pada masa lampau. Ukirannya benar-benar bernilai mshsl, orisinil/ asli, rumit, dan indah sekali. Jujur saja, saat ini masyarakat Indonesia benar-benar bergantung dengan teknologi serta desain yang dihasilkan tergolong simpel (namun itu dianggap bagus). Padahal kalau dibandingkan ya dari tingkat kesusahan pembuatannya saja sudah berbeda, apalagi idenya. 

          Candi keempat yang kukunjungi adalah Candi Bajangratu. Candi Bajangratu ini susunan bebatuannya sangat artistik karena bentuk alas hingga puncaknya memperlihatkan sisi keanggunan.  Batu bata yang digunakan pada candi ini juga lebih kecil jika dibandingkan denganbatu bata yang menyusun candi Brahu. Candi ini telah menjadi candi favoritku karena bentuknya yang indah serta pemandangan di sekelilingnya yang amat indah pula. Tak terasa matahari sudah bergeser menuju lawan arah terbitnya, aku duduk beristirahat di rerumputan sekitar candi. Teduh rasanya, ditemani angin berembus di sekitarku.



          Waktunya untuk melanjutkan perjalanan. Candi kelima yaitu Candi Tikus. Candi Tikus menurutku  merupakan satu-satunya candi yang unik di antara candi-candi yang lain karena letaknya yang tidak sejajar dengan tanah.Candi ini terletak di bawah tanah sebab dahulu Candi Tikus merupakan tempat bekas pemandian Kerajaan Majapahit, ini terlihat dari pencuran-pancuran air yang terdapat pada candi tersebut. Nama ‘Tikus’ sendiri berasal dari awal penemuan candi yang diketahui karena banyaknya kawanan tikus bawah tanah yang hidup di Candi Tikus ketika masih terkubur dalam tanah.


          Candi keenam ialah Candi Kedaton. Sayang seribu sayang lagi, aku tidak dapat melihat bentuk utuh dari candi ini. Kondisi candi ini sudah hancur rata dengan tanah seperti Candi Gentong. Namun, terlihat dari sekat-sekat ruangan yang tersisa bahwa Candi Kedaton ini nampaknya merupakan tempat persemayaman orang-orang kerajaan yang telah meninggal. Karena arealnya sangat luas dan jumlah sekat ruangnya banyak sekali dan terdapat dupa di dekatnya.
         Sebenarnya ada satu candi lagi yang belum sempat kukunjungi karena hari sudah terlampau sore. Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Mungkin di kesempatan lain kami akan mengunjunginya. Senang dan lapar datang bersamaan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan. Aku serta adikku memesan ayam kremes, lezatnya..Sedangkan ibu dan omku memesan tempe tahu penyet. Lahap sekali kami memakannya. Hahaha jika kata-kata tersebut mengganggu, abaikan saja. Setelah itu kami pulang kembali ke Jombang (rumah mbah).

Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar